Apa yang harus aku lakukan? Aku menyukaimu dan ingin sekali kau tau akan hal itu. Tapi… Aku juga takut. Takut kalau ternyata perasaanku ini malah mengganggumu.
Aku teringat pelajaran yang baru saja kau ajarkan padaku. Kesabaran. Aku harus bisa bersabar menunggu sampai saat indah itu tiba.
Aku harus sabar. Karena apa yang kurasakan, kalau aku ingin semua ini bertahan sampai selamanya, maka aku harus menahannya sampai saat yang tepat itu tiba. Aku juga harus menahan agar tidak ada orang yang tau tentang perasaanku. Bahkan dirimu.
Cinta seperti apa yang aku rasakan ini? Mengapa aku tidak menginginkan kau mengetahui bahwa kehadiranmu selalu membuatku gugup? Mengapa aku tidak menginginkan kau tau bahwa apa yang kulakukan selalu kacau jika kau memperhatikanku? Apakah ini cinta, jika aku hanya mengkhawatirkan keadaanmu saat kau terlihat sakit dan sedih saat melihat tidak ada senyum di wajahmu namun tidak melakukan apapun untuk menghiburmu?
Iya, itu cinta.
Cinta versi aku.
Seperti itulah bagaimana aku mencintaimu.
Kalau mereka mengatakan “cinta tak harus memiliki” hanya diucapkan oleh orang-orang yang SUDAH PASTI bertepuk sebelah tangan, tapi menurutku cinta memang seharusnya seperti itu.
Kalau ia membatasi, itu bukan cinta.
Kalau ia menyakiti, itu bukan cinta.
Lalu darimana datangnya kebahagiaan jika kau mencintai seseorang tapi tak bersama dengan yang dicintai? Hanya dengan melihatnya bahagia, maka akupun ikut bahagia. Ini bukan lamunan utopis. Tapi itulah yang aku pahami dan aku lakukan. Hanya dengan melihatmu tersenyum, tertawa dan bercanda dengan orang lain bisa membuat aku ikut merasa bahagia. Itu berarti, kau bisa kan bahagia tanpa aku? Karena aku bisa bahagia hanya dengan melihatmu.
Lalu, cinta apakah yang aku miliki ini? Aku sendiri tidak tahu namanya. Tapi yang aku tahu, aku berusaha untuk mengikhlaskan cintaku apapun yang terjadi.
Setiap hari, doaku pada Tuhanku selalu sama. “Tuhan… Jika hati ini memang kau ciptakan untuknya, maka tolong jaga hati ini sampai nanti ia bisa menerimanya. Tuhan, jika ia adalah pria terbaik yang engkau ciptakan untukku, maka tunjukkanlah jalan terbaik pada kami. Dan… Jika yang terbaik bagi kami adalah berdiri di jalan kami masing-masing dan bukan bersama, maka berikanlah keikhlasan padaku agar bisa mengembalikan perasaan ini menjadi sekedar kekaguman biasa.“
Ah… Aku lupa satu hal. Terima kasih. Terima kasih padamu. Kau telah mengajarkan satu hal lagi padaku. Kau telah mengajarkan padaku bagaimana caranya untuk IKHLAS :)
0 comments:
Post a Comment