Ketika aku berujar “Aku merindukanmu”, temanku hanya tersenyum. Yaa… Dia pasti tahu apa yang kurasakan. Aku memang merindukanmu, karena kita memang sudah lama tak bertemu.
Tapi… Apa yang akan terjadi kalau aku bisa bertemu denganmu saat ini? Tunggu… Biar kupikir terlebih dahulu.
Memelukmu?
“Tidak Mungkin”
Mengatakan bahwa aku merindukanmu?
“Aku tidak punya nyali untuk melakukan itu”
Menyapamu?
“Ya… Itu yang paling mungkin”
Kalau begitu, kenapa aku bisa merindukanmu dengan perasaan yang seperti ini hebatnya? Kita kan belum punya hubungan apa-apa. Lalu… Apa boleh aku memiliki perasaan ini terhadapmu? Apakah aku boleh merindukanmu? Atau… Tuhan sedang cemburu karena aku lebih merindukanmu dibandingkan merindukan diri-Nya?
0 comments:
Post a Comment